Rabu, 20 Oktober 2010

pengembangan SDM

MENUAI PERJALANAN HIDUP ABADI MELALUI KEMAMPUAN MNEMUKAN JATI DIRI

DALAM MELIBATKAN KEAGUNGAN ALLAH




















DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN


2. ISLAM, IMAN, AMAL


3. PEMAHAMAN ISLAM DALAM PERJALANAN HIDUPKU

PENDAHULUAN
ILMU Dalam Unsur Kata (I)SLAM

SUNNATULLAH Dalam Unsur Kata I(S)LAM

LIHAT Dalam Unsur Kata IS(L)AM

AGAMA Dalam Unsur Kata ISL(A)M
MUSLIMIN Dalam Unsur Kata ISLA(M)

KESIMPULAN

4. PEMAHAMAN IMAN DALAM PERJALANAN HIDUPKU

PENDAHULUAN

IKRAR Dalam Unsur Kata (I)MAN

MANUSIA Dalam Unsur Kata I(M)AN

ALLAH Dalam Unsur Kata IM(A)N

NABI Dalam Unsur Kata IMA(N)

KESIMPULAN








5. MAKNA AMAL DALAM HIDUPKU

PENDAHULUAN
AKHLAK Dalam Unsur Kata (A)MAL

MARTABAT Dalam Unsur Kata A(M)AL

AJARAN Dalam Unsur Kata AM(A)L

LANGKAH Dalam Unsur Kata AMA(L)
KESIMPULAN


6. MENGETUK DINDING JIWA DENGAN KEKUATAN
RUH DAN JIWA

PENDAHULUAN

RUH (ROH)
HATI

JIWA

KESIMPULAN


7. RAMBU-RAMBU MENUJU PERJALANAN HIDUP ABADI

PENDAHULUAN

MELANGKAH MENJALANI RAMBU-RAMBU
KEHIDUPAN

KESIMPULAN


8. PENUTUP















KATA PENGANTAR

Sejenak bila kita merenung dari hasil (M)embaca, timbul satu kekuatan pikiran untuk (M)enterjemahkan, (M)eneliti, (M)engkaji, (M)enghayati, (M)emahami tetapi mengapa dalam menempuh perjalanan hidup abadi sulit kita (M)engamalkan dari hasil renungan tersebut karena kita masih saja tidak mampu menemukan jati diri setelah kita mengakui memeluk agama ISLAM.
Mengapa kita tidak mampu menemukan jati diri, sedangkan hal itu merupakan keberhasilan sebagai inspirasi agar kita selalu dekat dengan ALLAH SWT, sebaliknya kita menyadari ungkapan seperti “Segala tempat dapat dipenuhi oleh isinya selain dari tempat ilmu. Tempat ilmu makin diisi makin bertambah besarnya. Tempat ilmu ialah hati dan jiwa. Semakin bertambah ilmu semakin terasa kebodohan kita. Orang yang merasa diri pandai ialah orang yang tidak menambah pengetahuan”, maka dalam hidup ini janganlah kamu hidup dengan topeng kepalsuan.
Oleh karena itu, merenung tentang, tak lain untuk mengingatkan kita dalam menempuh perjalanan hidup di dunia ini, bahwa kita harus ingat penjemput maut pasti datang. Apa artinya itu bagi kita, tak lain adalah sejalan dengan pesan Rasulullah SAW, bahwa “Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara : Masa mudamu sebelum tiba masa tua ; Masa sehatmu sebelum tiba masa sakit ; Masa lapangmu sebelum tiba masa sibuk ; Masa kayamu sebelum tiba masa papa ; dan Masa hidupmu sebelum tiba ajalmu”.
Jadi galilah kebiasaan berpikir produktif, disitu terletak kekuatan pikiran untuk memperkuat daya kemauan dengan kebiasaan yang ditopang oleh kekuatan niat dalam kesiapan “menuai perjalanan hidup abadi melalui kemampuan menemukan jati diri dalam melibatkan keagungan allah”

Untuk mengungkit ingatan dalam kekuatan berpikir, maka renungkan „Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara : 1) Tentang umurnya untuk apa dihabiskan ; 2) Tentang masa mudanya untuk apa dipergunakan ; 3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakannya ; 4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya.
Jadi dengan menggerakkan kekuatan kebiasaan pikiran yang produktif yang dilandasi oleh penguasaan ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai keterampilan, keinginan sebagai kemauan dimana ditopang oleh kekuatan niat yang ikhlas, mampu membangkitkan cahaya hati dalam menempuh perjalanan hidup abadi untuk kebahagian di dunia dan akherat melalui tahapan kedewasaan kecintaan kita kepada Allah SWT, hanya dengan itulah kita akan selalu akan ingat tentang mati pasti datang dan oleh karena itu manfaatkan kebiasaan pikiran kita dalam mempersiapkan diri kita dengan melihat RUH (rahasia, umur, hidup) sebagai kekuatan dari monopoli Allah SWT dengan berpikir, belajar dan bekerja dengan memanfaatkan alat pikir dari unsur jiwa yang disebut kesadaran, kecerdasan dan akal.
Untuk mengingatkan kita, periksalah usaha-usaha kita dari waktu ke waktu terhadap sikap dan perilaku dalam usaha kita untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT, dengan mengungkit kekuatan ingatan kita seperti :
1) Menyadari sepenuhnya tentang maut ; 2) Sadar akan kehendak Allah dari khendak sendiri ; 3) Melaksanakan dzikrullah secara otomatis ; 4) Mengagungkan firman Allah dalam Al Qur’an ; 5) Meningkatkan keyakinan dan menyerah diri untuk tujuan ibadah ; 6) Menjalankan ibadah menjadi kebutuhan.
Akhirnya memperkuat daya kemauan ditopang oleh kebiasaan dari kekuatan pikiran akan mengungkit kedalam ingatan yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya hati orang yang bodoh itu dimulutnya dan lidah orang berakal itu hatinya. Berbicara janganlah mulut tetapi hati, mendengar janganlah telinga tetapi pikiran. Dengan begitu setiap langkah dalam sikap dan perilaku dituntun oleh kebiasaan meningkatkan kedewasaan berpikir rohaniah, sosial, emosional dan intelektual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar